Mengenai Saya

Foto saya
sentolo, jogjakarta, Indonesia
Berpikir Dari Apa yang Ada.........

Senin, 30 Mei 2011

Harapan Itu Tidak Pernah Sirna

Selalu ada harapan bukanlah sesuatu yang klise. Harapan itu masih ada, harapan itu tidak pernah sirna. Jika Anda berpikir sebaliknya, silahkan Anda baca artikel ini. Dan, bagi Anda yang setuju bahwa harapan itu tidak pernah sirna, maka dengan membaca artikel ini Anda akan lebih optimis lagi.

Mengapa memiliki harapan begitu penting dalam hidup? Sebab, tanpa harapan, artinya hidup Anda selesai. Banyak orang yang mengakhiri hidupnya (dalam artian harfiah maupun kiasan) karena mereka sudah tidak lagi memiliki harapan.
Lalu bagaimana agar asa itu tetap ada tidak terputus?
Harapan Akan Berbanding Lurus dengan Ilmu

Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat“. (QS. Al Hijr:56)

Hanya orang sesat, yaitu mereka yang tidak memiliki ilmu, yang berputus asa dari rahmat-Nya. Mungkin saja, ada orang yang merasa sudah berilmu, bahkan memiliki gelar profesor, tetapi jika dia masih berputus asa, artinya dia masih sesat. Untuk itulah, agar kita terhindar dari putus asa, jangan pernah berhenti untuk menuntut ilmu.

Anda akan tersesat dalam perjalanan, jika Anda tidak tahu jalan yang sedang Anda tempuh. Anda bisa mempersiapkan ilmu sebelum perjalanan atau Anda bisa bertanya saat dalam perjalanan sehingga Anda mengetahui jalan yang benar. Dan ini bisa Anda aplikasikan untuk berbagai hal lainnya seperti dalam pendidikan, karir, dan bisnis. Belajarlah, Anda tidak akan tersesat dan harapan itu tidak pernah sirna.

Ada banyak tempat untuk belajar menuntut ilmu. Kuncinya ada mau membuka hati untuk menerima ilmu dari mana pun datangnya. Tidak ada ilmu yang sia-sia. Seringkali, kita sendiri yang menutup hati karena ilmu yang kita dapat tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Kadang, banyak orang yang terjebak. Dia belajar bukan untuk mencari jalan yang benar, tetapi untuk membenarkan apa yang dia lakukan. Jika ternyata tidak mendukung, maka dia akan menolaknya. Oleh karena itu, jika kita menemukan pengetahuan dan ilmu yang mungkin tidak kita sukai, tetaplah membuka hati kita, karena bisa jadi (bukan pasti) itu adalah sesuatu yang benar.
Fondasinya Adalah Iman

Pekerjaan, tugas, dan dakwah bisa jadi sebuah beban yang sangat besar. Saat kita merasa berat, bahkan diri ini hampir-hampir roboh memikulnya, artinya fondasi dalam diri kita masih lemah. Fondasi kita itu tiada lain adalah iman.

Satu ayat terakhir QS Al Baqarah sering kali menjadi penyembuh bagi mereka yang berputus asa. Mereka yang merasa tidak sanggup, namun saat diingatkan bahwa seberat apa pun beban yang kita pikul, pasti manusia akan sanggup memikulnya, maka mereka kembali bersemangat lagi. Bagaimana tidak? Yang mengatakannya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, pasti benar.

Ya, tentu saja. Orang beriman akan merasakan semangat kembali. Mereka yakin dengan apa yang tertulis dalam Al Quran. Mereka menjadi semangat kembali dan harapan itu tidak pernah sirna. Namun berbeda dengan orang yang tidak beriman atau yang lemah imannya, meski kita sebutkan ayat itu berkali-kali, mereka tetap saja mengatakan tidak sanggup, terlalu berat, keterlaluan, dan berputus asa.

Tumbuhkanlah iman itu. Yakinlah bahwa apa yang dikatakan Allah dalam QS Al Baqarah: 286 itu benar secara mutlak. Anda tidak akan pernah putus asa, Anda akan tetap memiliki harapan.

Jika Anda orang beriman, saat Anda mendengar ayat ini: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah:286), maka harapan Anda akan tumbuh kembali. Harapan itu tidak pernah sirna selama iman ada di dada.

Minggu, 29 Mei 2011

Nasihat Tanda Cinta

Jika Anda sedang berjalan, kemudian mendapatkan nasihat dari seseorang bahwa ada bahaya dalam perjalanan yang Anda tempuh.

Apa reaksi Anda? Ada banyak reaksi yang bisa terjadi. Semua reaksi ini bisa terjadi spontan, tergantung bagaimana kondisi pikiran Anda.

Anda bisa mengatakan:

1. “Terima kasih telah memberi tahu saya.”
2. “Terima kasih telah mengingatkan.”
3. “Sok tahu! Saya juga tahu.”
4. “Emang siapa loe?”
5. “Bukan hanya bahaya, tapi menanjak juga!”

Anda bisa memilih sikap Anda. Mau yang mana? No 1 atau 2 adalah yang terbaik. Sebab orang itu justru akan menyelamatkan Anda. Nasihat itu tanda cinta, maka sewajarnya jika kita berterima kasih karena mendapatkannya tersebut.

Saya yakin, Anda tidak setuju dengan jawaban no 3 sampai 5. Disini, ego kita yang muncul. Namun, sering kali banyak yang melakukannya tanpa disadari. Mari kita bahas satu persatu.
Jika Anda Sudah Tahu Tentang Nasihat Itu

Bisa jadi, seseorang memberi nasihat kepada tentang sesuatu yang sebenarnya Anda sudah tahu. Anda sudah menjalankannya selama ini. Anda pernah membacanya. Anda pernah mendengarkannya. Namun, haruskah kita mengatakan hal jelek terhadap pemberi nasihat. Anda berusaha menunjukan diri bahwa Anda sudah tahu?

Tentu tidak, ingat bahwa nasihat tanda cinta. Meski kita sudah tahu, anggaplah itu untuk mengingatkan. Mungkin Anda tidak lupa, tetapi saat Anda mendengar secara berulang kali, maka akan lebih meresap ke dalam hati Anda dan akan membentuk karakter dan kepribadian Anda. Itu adalah sesuatu positif. Kenapa Anda harus menolaknya? Kenapa harus menunjukan ego sendiri?
Lihatlah Nasihatnya Bukan Orangnya

Terimalah nasihat meski Anda sudah tahu, bahkan saat Anda yang sebenarnya lebih pantas memberi nasihat. Bisa jadi, orang yang memberi nasihat tidak lebih tahu dibandingkan dengan Anda. Mungkin dia masih awam, kurang ahli, kurang bijak dibandingkan dengan Anda. Namun, lihatlah nasihatnya. Tidak perlu melihat orangnya, selama itu baik, bermanfaat untuk Anda, maka Anda patut berterima kasih.

Tidak perlu mempertanyakan “siapa loe?” Ini artinya kesombongan Anda muncul, merasa diri lebih hebat dibandingkan pemberi nasihat, padahal bisa jadi dia tulus ingin membantu Anda.
Jika Nasihat Tidak Sempurna
Ada Yang Salah

Bisa jadi Anda menerima nasihat yang salah. Itu bisa saja, yang namanya orang tidak luput dari kesalahan. Atau bisa jadi nasihat itu salah bagi Anda saja karena kondisi dan situasi Anda berbeda. Namun lihatlah niat dibaliknya. Dia memberikan nasihat kepada Anda karena peduli. Mungkin salah karena dia tidak tahu kondisi Anda yang sebenarnya. Anda tidak perlu membantahnya, apalagi sambil marah atau menyerang dengan kata-kata yang tidak baik.

Tetaplah menerima nasihat itu. Tetaplah berterima kasih meski terlihat tidak berguna bagi Anda. Bahkan, jika sebuah nasihat seolah akan menjerumuskan Anda, tetaplah berterima kasih. Jika perlu, berikan penjelasan dengan cara yang baik bahwa nasihat tersebut tidak cocok dengan Anda. Jika salah, jelaskan dengan cara yang baik pula. Jangan sampai cinta dan kepedulian orang malah kita balas dengan sesuatu yang tidak mengenakan.
Nasihat Yang Tidak Lengkap

Pastinya, Anda akan menerima nasihat yang tidak lengkap. Tentu saja, karena tidak mungkin semuanya dibahas dalam satu pembicaraan. Anda akan selalu bisa melihat ada kekurangan dalam nasihat. Jika Anda meneirma nasihat tentang menuntut ilmu, mungkin Anda melihat ada yang kurang. Bisa jadi Anda mengatakan:

“Percuma menuntut ilmu, jika tidak diamalkan.”

Apa yang Anda katakan itu benar. Dimana masalahnya?

Pertama, Anda mengalihkan fokus. Mungkin pemberi nasihat itu sedang fokus tentang menuntut ilmu. Sama sekali tidak ada perkataan yang melarang amal atau tidak perlu diamalkan. Dia hanya sedang membahas ilmu. Saat Anda mengatakan hal itu, sebenarnya itu muncul dari ego, ingin menunjukan diri lebih tahu.

Kalau pun, nasihat itu dilanjutkan. Misalnya Anda harus beramal, maka Anda bisa menjawab lagi:

“Percuma beramal jika tidak ikhlas.”

Sekali lagi, isi dari perkataan itu tidak salah. Yang salah adalah sikapnya dalam menerima nasihat. Nasihat itu tidak pernah lengkap. Tidak mungkin bisa membahas seluruh Al Quran hanya dalam satu buku, satu artikel, apalagi satu status di halaman facebook.

Jika Anda hanya melihat apa yang kurang, maka Anda hanya fokus pada kekurangan itu. Sementara fokus Anda dalam menerima akan hilang.

Kedua, jika Anda terus melihat kekurangan dan menunjukan kekurangan tersebut, itu artinya Anda hanya mementingkan ego Anda. Nasihat tidak akan berarti sama sekali jika Anda fokus mengurus ego Anda, jika Anda ingin dilihat lebih tahu, lebih bijak, dan lebih pintar.

Orang sedang membahas masalah amal bukan berarti tidak tahu tentang ikhlas, hanya saja dia sedang fokus membahas amal, saat itu. Mungkin waktu yang lain, baik yang sudah lalu maupun yang akan datang, dia sudah atau akan membahas tentang ikhlas. Mungkin karena kondisi Anda saat ini memang kurang amal. Meski Anda tahu, amal itu harus ikhlas, tetapi jika amalnya tidak ada?
Emangnya Gue Nggak Tau?

Satu lagi kasus, kadang ada orang yang sok pintar, dia menasihati Anda karena dengan maksud merendahkan Anda atau menganggap Anda tidak tahu. Bisa jadi dia memberi nasihat kepada semua orang karena dia ingin dianggap hebat. Mungkin ada. Yang perlu kita perhatikan adalah

* Tidak semua orang yang menasihati Anda bermaksud merendahkan Anda. Jadi jangan selalu memunculkan ego atau melawan saat ada seseorang yang menasihati Anda, karena bisa jadi dia orangnya tulus. Meski isinya Anda sudah tahu, tetaplah berbaik sangka dan berterima kasih.
* Jika isinya baik, kenapa tidak? Mungkin, sekali lagi mungkin, seseorang bermaksud merendahkan Anda, namun jika isinya itu baik, terima saja. Kita tidak akan pernah menjadi rendah karena menerima nasihat yang baik. Fokuslah pada diri Anda.

Pada zaman sekarang, zamannya informasi, Anda akan mudah menerima nasihat. Bisa melalui media, website, facebook, twitter, dan SMS. Banyak sekali caranya. Jika kita menyikapinya dengan baik, maka nasihat-nasihat yang datang akan mengubah Anda menjadi pribadi yang lebih baik.

Sabtu, 28 Mei 2011

Siapa yang Menghalangi Sukses Anda?


Yang paling mudah, adalah kita menyalahkan orang lain atau lingkungan sebagai penyebab kegagalan kita. Jika seseorang selalu menyalahkan orang lain dalam kegagalan dirinya, maka sudah jelas ada pikiran negatif pada orang ini yang harus disembuhkan. Sementara ada juga yang sadar bahwa penyebab kegagalan ada dirinya sendiri, namun dia tetap saja membiarkan dirinya menghalngi sukses. Termasuk yang manakah diri Anda?

Di Indonesia, meski penduduk miskinnya banyak, meski pemerintahnya banyak yang korup, meski dunia bisnis tidak kondusif, tetapi tetap saja masih banyak orang yang bisa berhasil dengan cara yang jujur. Jadi bukan lingkungan yang menyebabkan seseorang gagal atas berhasil. Kita tidak bisa menyalahkan lingkungan termasuk kondisi bangsa Indonesia. Jika memang kondisi bangsa Indonesia membuat kita gagal, seharusnya semua orang Indonesia gagal.

Mungkin ada yang mengatakan, saya tidak didukung oleh keluarga. Tahukah Anda, bahwa banyak orang yang berhasil di dunia bisnis, padahal pada awalnya mereka tidak didukung oleh keluarga. Keberhasilan juga tidak ditentukan oleh industri tertentu. Dalam suatu industri, ada yang berhasil ada juga yang gagal. Juga tidak ditentukan oleh profesi tertentu, dalam suatu profesi ada yang berhasil ada yang gagal.

Kesimpulannya ialah kegagalan atau keberhasilan Anda ditentukan oleh Anda sendiri. Mungkin ada juga yang menyalahkan takdir. OK, saya adalah orang yang beriman, saya percaya dengan takdir. Namun bukankah Allah memberikan kekuatan dan kehendak kepada kita untuk berbuat dan menghasilkan. Banyak dalil yang mengatakan bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita usahakan. Jadi jangan buru-buru menyalahkan takdir atas kegagalan kita.

Kegagalan disebabkan karena kita belum berpikir dan bertindak dengan cara yang benar. Sebagai contoh, saat Anda mengambil segelas air kemudian meminumnya, berapa kali Anda gagal? Hampir tidak pernah gagal bukan? Mengapa? Karena Anda sudah bertindak dengan benar dalam hal meminum air. Mengapa Tiger Wood begitu akurat dalam memukul bola golf? Sebab dia berpikir dan bertindak dengan benar saat memukul bola golf.

Jadi saat Anda gagal melalukan sesuatu. Saat Anda gagal berbisnis. Semuanya karena kita belum berpikir dan bertindak dengan benar. Teknologi NLP mengatakan, jika kita bisa meniru secara persis apa yang dilakukan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan hasil serupa. Hanya saja, sering kali kita tidak meniru orang lain secara lengkap sehingga tidak menghasilkan hasil yang sama. Saat kita ingin menghasilkan hasil yang sama dengan seseorang, kita harus bisa meniru dengan tepat, mulai dari fisiologi, emosi, dan pikiran.

Mengapa kita jarang sekali gagal meminum air? Sebab kita sudah menguasai fisiologi, emosi, dan tindakan saat meminum air. Hal ini bisa kita aplikasikan untuk hal yang lebih rumit, caranya ialah dengan mempelajari bagaiman fisiologi, emosi, dan pikiran pada hal rumit tersebut. Anthony Robbins yang bukan seorang militer tetapi bisa mengajarkan cara menembak, karena dia mempelajari sub model orang yang mahir menembak terlebih dahulu. Sub model bisa dikatakan sebagai gabungan dari fisiologi, emosi, dan pikiran.

Berapa persen kegagalan yang disebabkan oleh takdir? Memang belum pernah ada pengujian. Para ahli penelitian dan statistik mengatakan bahwa kesalahan random (tidak sistematis) tidak lebih dari 2%. Selebihnya adalah kesalahan sistematis artinya kesalahan yang bisa diperbaiki. Berapa kali Anda gagal minum air? Hampir tidak pernah bukan? Mingkin 1 banding seratus? Mungkin 1 banding 1000? Intinya sangat jarang.

Jadi bisa disimpulkan bahwa yang mengahalangi sukses Anda ialah Anda sendiri. Tindakan Anda, pikiran Anda, dan emosi Anda belum seperti orang sukses. Ketiganya harus baik jika Anda ingin sukses. Banyak orang yang mahir tetapi ternyata tidak sukses. Hal ini juga bisa menjawab pertanyaan mengapa tindakan yang sama menghasilkan hasil yang berbeda. Jawabannya ialah karena pikiran dan emosinya berbeda.

Penyebab Kegagalan

Anda tahu penyebab kegagalan Anda? Ya, setiap orang pernah mengalami kegagalan. Kemampuan memahami apa penyebab kegagalan Anda akan menjadikan diri Anda semakin cerdas dan bijak sehingga akan mampu berjalan kembali dengan lebih baik.

Untuk memahami penyebab kegagalan, diperlukan kemampuan berpikir analitis dan kritis. Kita perlu menghindari pemikiran yang emosional sehingga tidak mampu menemukan penyebab kegagalan. Jika Anda tidak mampu menemukan penyebab atau akan permasalahan kegagalan Anda, maka Anda tidak akan mampu untuk memperbaikinya.

Artikel ini akan menjelaskan bagaimana menelusuri penyebab kegagalan, bahkan penyebab utama yang disebut dengan root cause sehingga jika kita bisa menemukannya dan mampu mengatasinya, kita akan berjalan lebih baik.
Hindari Penyebab Kegagalan Emosional

Perlu dipahami, Anda harus membedakan antara intuitif dan emosional. Intuitif bisa memberikan solusi, tetapi tidak dengan emosional yang sering kali hanya membela ego sendiri. Jika pikiran Anda fokus untuk membela ego sendiri, maka Anda akan selalu menganggap bahwa masalah ada di luar, termasuk ada di luar kendali Anda. Jika sebuah masalah berada di luar, maka kita tidak akan pernah bisa mengatasinya. Anda akan mengalami kegagalan yang sama terus menerus akhirnya Anda menyerah dan malas untuk berusaha lagi.

Contoh-contoh penyebab emosional diantaranya:

* menyalahkan orang lain
* menyalahkan kondisi
* menyalahkan peristiwa
* menyalahkan pemerintah
* menyalahkan saingan
* menyalahkan masyarakat
* menyalahkan takdir

Pokoknya, dia akan menyalahkan apa pun di luar dirinya. Jika masalah ada di luar Anda, maka Anda tidak akan bisa mengatasinya. Khusus untuk yang terakhir, menyalahkan takdir, ini akan menutup semua pikiran Anda untuk menemukan solusi. Toh, sudah takdir, apa pun yang dilakukan akan percuma.

Kalau kita tidak boleh mengalahkan apa yang ada di luar diri kita, apakah kita harus menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab kegagalan kita?

Mungkin banyak motivator yang mengatakan bahwa Anda harus menyalahkan diri sendiri secara mutlak.

Anda sulit menerimanya?

OK, jika Anda yakin masih ada faktor luar sebagai penyebab kegagalan, namun saya tetap mengajak Anda untuk tetap memulai memeriksa diri sendiri sebelum menyalahkan pihak luar. Ini akan memberikan pengalaman yang luar biasa, memberikan pelajaran, dan hikmah yang berharga dibandingkan Anda fokus menyalahkan pihak luar sebagai penyebab kegagalan Anda.
Ambilah Tanggung Jawab

Jika Anda ingin menjadi orang yang berpikiran maju, maka Anda harus mengambil tanggung jawab atas kegagalan Anda. Anda gagal karena Anda sendiri, karena kesalahan yang Anda lakukan.

Mari kita lihat, apa yang menyebabkan seseorang gagal?

Jawabannya adalah karena dia berhenti. Kata “berhenti” memiliki dua makna. Pertama berhenti bertindak untuk mencapai tujuannya. Kedua berhenti untuk menyesuaikan tujuannya dengan kondisi yang ada.

Saya rasa, Anda sudah paham dengan maksud yang pertama. Anda akan gagal jika Anda berhenti bertindak untuk mencapai tujuan Anda. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa seseorang berhenti bertindak?

Ada dua kemungkinan jawaban. Yang pertama karena dia tidak mengetahui apa lagi yang harus dilakukan. Yang kedua karena dia tidak mau lagi untuk bertindak. Namun jawaban pertama bisa digugurkan dengan seketika. Jika Anda tidak mengetahui apa yang harus Anda lakukan, maka seharusnya Anda mencari tahu. Berusaha agar Anda mengetahui apa yang harus Anda lakukan. Pertanyaanya adalah apakah Anda mau mencari tahu? Jadi intinya adalah kemauan.

Jadi bisa kita simpulkan bahwa penyebab seseorang berhenti adalah karena sudah tidak ada kemauan.

Yang kedua, kadang, kita bisa berhenti karena memang kondisi yang tidak menguntungkan. Misalnya Anda memiliki tujuan untuk menjadi seorang PNS. Anda tidak berhenti untuk berusaha menjadi PNS dengan mengikuti ujian setiap tahun. Namun, Anda tetap gagal karena umur melewati batas syarat menjadi PNS. Dan Anda disebut gagal menjadi seorang PNS. Ya, Anda gagal menjadi seorang PNS jika Anda berhenti.

Anda memang tidak mungkin lagi untuk menjadi PNS karena umur sudah tua. Tetapi, Anda masih bisa menyesuaikan tujuan Anda dengan kondisi saat ini. Apa tujuan Anda sebenarnya menjadi PNS? Jika mau mengabdi kepada masyarakat, ada cara lain, meski Anda tidak menjadi PNS. Jika ingin mendapatkan pensiun, ada pihak ketiga yang bisa mengatur pensiun Anda. Pertanyaanya adalah apakah Anda mau menyesuaikan tujuan Anda? Ya, kembali kepada kemauan Anda sendiri.

Apakah Anda bisa menerima bahwa penyebab kegagalan itu berasal dari diri Anda? Silahkan Anda tuliskan pada form komentar penyebab kegagalan Anda, insya Allah, akan saya tunjukan bahwa penyebab kegagalan tersebut berawal dari diri Anda.

Teori Itu Mudah, So What?

Teori itu mudah. Akrab dengan kalimat itu? Banyak orang yang berkata seperti itu saat menerima nasihat dari orang lain. Teorinya sich mudah, tetapi prakteknya sulit. Benar? Benar sekali. Lalu apa? Lalu bagaimana?

Seseorang yang berpikiran maju, tidak akan berhenti sampai disini. Bahkan, tidak perlu mengatakan hal ini. Praktek lebih sulit dari teori. Semua orang juga tahu! Buat apa kita terus mengatakan hal ini?
Memangnya kenapa kalau terus mengatakannya?

Anda akan fokus pada kata “sulit”. Fokus pada kata sulit bisa menghentikan Anda. Fokus pada kata sulit bisa menurunkan kinerja Anda. Juga, bisa membuat Anda malas.

Sahabatku, semua orang tahu, praktek itu memang sulit. Perlu usaha dan kerja keras untuk melakukan sesuatu yang baik. Termasuk, saya juga tahu bagaimana sulitnya memotivasi orang, apalagi orang yang bawaannya malas. Namun jika terus saya pikirkan, malah saya akan berhenti menulis artikel motivasi.

Untuk itu berhentilah mengatakan teori itu mudah tetapi prakteknya sulit. Semua orang sudah tahu. Yang jelas ada yang lebih penting dari ini, yaitu

* Pahamilah bahwa teori itu sebenarnya membuat Anda lebih mudah bertindak. Teori akan memberikan arahan dan gambaran bagaimana kita bertindak, meski tidak 100% sama. Teori ibarat secercah cahaya yang akan menerangi jalan Anda. Secercah cahaya itu jauh lebih baik dibandingkan berjalan di tengah kegelapan.
* Untuk melakukan kebaikan dan meraih sukses itu memang sulit. Maka, langkah Anda sekarang ialah terus meningkatkan kualitas diri agar Anda mampu menjalankan hal yang lebih sulit. Agar Anda menjadi kuat dan tangguh sehingga tidak kalah dengan kata sulit
* Yakinlah bahwa sesulit apa pun beban yang ada di depan Anda, Anda akan mampu menjalaninya sebab Allah tidak akan memberikan beban diluar kemampuan Anda. Silahkan lihat QS.2:286.
* Bukan hasil yang tujuan utama. Namun bagaimana proses Anda meraih hasil dan sikap serta akhlaq Anda baik dalam proses maupun terhadap hasil. Jika Anda menyikapi proses dengan sabar, tawakal, dan iktiar yang optimal, bagaimana pun hasilnya, Anda tetap beruntung. Begitu juga, jika Anda menerima hasil akhir dengan tabah dan bersyukur, itulah yang akan menjadikan Anda lebih baik. Dan, Anda pasti sanggup untuk bersikap demikian.

Penyebab Selalu Mengatakan Teori Itu Mudah

Jika ada orang yang selalu mengatakan “teori itu mudah, tetapi prakteknya sulit”, artinya pada orang tersebut adalah masalah mental yang perlu disembuhkan. Minimal salah satu masalah dibawah ini:

* Ini sebuah pembenaran. Jika ada sebuah pembenaran maka seakan dia boleh tidak melakukan, boleh melakukan tetapi tidak maksimal. Seolah-olah dia merasa wajar jika tidak melakukannya karena sulit. Padahal, jika Anda menemukan kesulitan artinya Anda sedang berhadapan dengan sebuah tangga yang akan membawa Anda menuju posisi yang lebih baik. Untuk menaiki tangga memang perlu usaha. Jika Anda mau melalui kesulitan, artinya Anda akan menjadi pribadi yang lebih baik.
* Diawali oleh rasa rendah diri. Merasa diri tidak sanggup untuk melakukan hal tersebut, sehingga dia cepat-cepat mengatakan sulit. Ini tanda-tanda tidak percaya diri yang harus segera Anda sembuhkan.
* Bisa juga dikarenakan sifat malas yang sudah melekat pada diri sendiri. Salah satu ciri orang malas ialah tidak mau berusaha. Hanya memilih tindakan-tindakan yang mudah dan biasa dilakukan saja.

Jika ada ingin yang mudah-mudah saja, artinya Anda betah di zona nyaman Anda. Padahal yang namanya zona nyaman hanyalah ilusi. Hentikan Anda mengatakan teori itu mudah dan beralihlah ke zona sukses.

Mental Juara Itu Perlu

Pengaruh Mental Juara Bisa Terlihat Dalam Sebuah Kompetisi.

Saya seringkali menonton sepak bola dan mengikuti kompetisinya. Yang cukup menarik ialah bagaimana peran mental juara terhadap keberhasilan sebuah tim. Ternyata, memiliki pemain dengan keterampilan yang mumpuni saja tidak cukup.

Seringkali sebuah tim bertabur bintang tidak bisa menjadi juara, bukan karena masalah kemampuan fisik tetapi justru karena hilangnya mental juara.

Pengaruh mental pada pertandingan memang dengan mudah bisa kita lihat. Misalnya dalam pertandingan sepak bola, tuan rumah selalu memiliki peluang menang lebih besar dibandingkan saat bertamu karena mendapatkan dukungan mental dari penonton. Ini menunjukkan bahwa peran mental juara dalam sebuah pertandingan sangat besar.
Mental Juara Bukan Untuk Olah Raga Saja

Tentu saja, yang dimaksud mental juara itu bukanlah dalam bidang olah raga saja. Bukan dalam pertandingan saja, tetapi juga untuk berbagai bidang lainnya.
Mental Juara Diperlukan Dalam Karir

Yup, jika Anda ingin memiliki karir yang sukses, langkah pertamanya adalah Anda harus membangun mental juara. Banyak karyawan dengan potensi yang luar biasa, tetapi karena tidak memiliki mental juara, maka semua potensinya terabaiknya. Dia tidak tidak mau memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya sehingga tidak menjadi yang terbaik.
Juara Dalam Bisnis = Untung Besar

Jika Anda memiliki produk atau jasa juara, maka produk dan jasa Anda akan lari manis. Jika Anda memasarkan produk dengan cara juara (baca yang terbaik) maka dia pun akan mendapatkan hasil yang terbaik. Siapa pun suka yang terbaik. Jika Anda terbaik dalam bisnis Anda, maka otomatis Anda akan mendapatkan untung yang terbaik.
Juara Sejati Memiliki Sikap Sportif

Tentu saja, yang dimaksud disini bukan cara meraih juara dengan menghalalkan segala cara. Seorang juara sejati akan selalu bertindak sportif. Apa jadinya jika kita juara tetapi didapat dengan cara yang tidak baik? Maka sesungguhnya gelar juara akan terasa semua. Anda tidak benar-benar juara, hanya secara resmi saja.

Berlaku curang, sikut kiri sikat kanan, dan mencuri start bukanlah sikap seorang juara sejati. Juara sejati berusaha untuk menjadi yang terbaik, bukan sekedar mencari gelar juara. Selalu ingin menjadi yang terbaik adalah mental juara yang benar, bukan sekedar mendapatkan gelar, penghargaan, bonus, atau piala.
Mulailah Dengan Percaya Diri

Salah satu mental juara itu adalah percaya diri. Dia yakin bahwa dia mampu menjadi juara. Hanya orang yang percaya dirilah yang berani masuk gelanggang untuk bertanding. Percaya dirilah yang akan menjadi dia bertindak dengan cara yang terbaik.
Juara Itu Bukan Berarti Sombong

Seorang juara sejati akan bertindak, kemudian melakukan apa yang dia lakukan sebaik mungkin. Bukan dengan cara hanya omdo (omong doank) sambil menjatuhkan dan menjelekan lawannya. Sikap seperti ini sama sekali tidak menggambarkan mental juara. Justru, sikap sombong datang karena dia tidak percaya diri menjadi juara. Dia akan berusaha menjatuhkan lawan dengan omongan supaya dia dianggap juara.
Juara Sejati Mengakui dan Menerima Kekalahan

Dia tahu, bahwa kekalahan bukanlah kiamat. Mungkin dia tidak menjadi juara pada pertandingan kali ini. Tetapi dia tidak berhenti, dia mengambil hikmah sehingga pada pertandingan berikutnya dia bisa tampil lebih baik lagi. Dia tidak menyesal, tidak terpukul, dan tidak juga menyalahkan lawan. Menyalahkan lawan hanya akan menutup mata kita melihat kekurangan diri untuk diperbaiki.

Apakah Anda memiliki mental juara? Apakah Anda ingin membangun mental juara?

Sabar Itu Selalu Baik

Ada yang mengatakan bahwa sabar itu tidak selamanya baik. Mudah-mudahan yang dia maksud adalah “sabar” dalam definisi lain. Sabar yang tidak baik, bukanlah yang diambil dari kata shabar dari Al Quran dan hadits. Sebab, jika yang dimaksud itu sama dengan shabar seperti yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka itu salah besar. Jika sebuah sikap atau perilaku yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, maka itu pasti benar dan pasti baik.
Sabar Itu Perintah Allah

Silahkan buka Al Quran dan Hadits, banyak ayat dan hadits yang menyuruh kita untuk bersabar. Jadi tidak mungkin sabar itu tidak baik. Jadi, selalu baik dan ini ajaran dari Allah.
Allah Beserta Orang-orang Yang Sabar

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:153)

Pastinya Allah senang bersama hamba-hamba-Nya yang melakukan kebenaran dan kebaikan. Jadi tidak mungkin jika “ada yang tidak baik”. Jika Anda mengatakan tidak selamanya baik, apakah jika Allah menyertai kita itu tidak baik?

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah suka dan memerintahkan kita untuk bersabar. Tentu saja tidak semuanya bisa ditampilkan disini karena saking banyaknya. Silahkan buka Al Quran dan Anda akan menemukannya dengan mudah. Bahkan, jika mau membuka kitab-kitab hadits, Anda akan menemukan lebih banyak lagi.
Allah Memberikan Balasan Kepada Orang Yang Sabar

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl:96)
Orang Yang Sabar Memiliki Kekuatan Lebih Besar

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS. Al Anfaal:65)
Para Nabi Adalah Mereka Yang Bersabar

Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (QS Al Anbiyaa’:85)

Jelas sudah, kutipan-kutipan ayat diatas sudah menjelaskan kepada kita, bahwa sabar itu baik dan selalu baik. Ini merupakan bantahan bagi yang mengatakan tidak selalu baik atau ada batasnya. Saya penting mengatakan ini untuk mencegah kesalahan pengertian sehingga seolah ada ajaran Al Quran yang tidak membawa kebaikan. Saya hanya ingin menegaskan bahwa ajaran Al Quran itu benar dan selalu membawa kebaikan.
Dimulai Dengan Pemahaman Yang Benar

Salah satu penyebab mengapa orang mengatakan sesuatu yang salah tentang sabar itu karena pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah akibat kurang seriusnya dalam belajar. Tidak belajar pada sumbernya yang jelas dan valid, hanya mengikuti berbagai perkataan atau omongan sekilas yang bisa saja datang dari sekedar opini atau prasangka.

Dikiranya hanya diam. Dikiranya menyerah. Dikiranya hanya menunggu tanpa upaya. Memang, dalam kondisi tertentu, bisa dalam artian diam. Namun bukan sembarang diam, sebab tidak selamanya diam itu adalah kesabaran. Orang yang diam demi mempertahankan kebenaran, itulah yang disebut dengan kesabaran. Diam membiarkan kemunkaran itu bukan kesabaran. Menunda-nunda pekerjaan, bukanlah yang disebut kesabaran.

Bahkan saat seseorang marah, kemudian mengangkat pedang untuk menegakkan kebenaran, maka itu tidak akan menghilangkan sikap sabar pada diri orang tersebut. Siapa orang yang paling sabar? Tentu Rasulullah saw, tetapi beliau tetap berperang. Bahkan seringkali, dalam Al Quran, kata perjuangan, perang, dan jihad disandingkan dengan kata kesabaran.

Mulailah memahami apa definisinya dari sumber yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. Silakan Anda baca artikel lain yang menjelaskan tentang sabar dan definisinya, klik Perjuangan dan Kesabaran.

Jadi tetaplah sabar.